Sabtu, 05 September 2009

Leadership: Pemimpin yang hebat

Ucapan Colin Powel yang dikutip oleh Oren Harari dalam bukunya "Break from The Pack" sungguh sangat menarik. Dia bilang, "Anda bisa disebut sebagai pemimpin yang baik ketika orang mengikuti Anda hanya karena ingin tahu".

Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa ketika para pemimpin membawa organisasi di jalur yang menarik dan memancing minat, berarti mereka mengundang orang yang tertarik dan terpancing minatnya untuk bergabung, untuk ikut melihat sesuatu terjadi dan atau untuk ikut membuat sesuatu terjadi.

Pemimpin yang baik (hebat) tidak harus mempunyai tujuan yang (menurut nilai moral) "baik". Don Corleone bisa dianggap sebagai Pemimpin yang baik (hebat), bahkan sebagai God Father, walau memimpin mafia.

Sayang, tidak banyak orang bisa melihat atau mengenali para pemimpin hebat. Seringkali justru orang memandangnya dengan sinis atau skeptis. Orang lebih menyenangi pemimpin yang sesuai dengan imajinasinya sendiri. Dan biasanya baru menyesali kekeliruannya setelah dia meninggalkan sang pemimpin hebat.

Selasa, 01 September 2009

Indonesia goes Industrial Country (2)

4. Saat ini PT MAK menjadi penguasa pasar perlengkapan rumah sakit. Mengapa Anda terjun ke bisnis itu?
Awalnya karena situasi yang mendesak, namun pada perkembangannya industri perlengkapan rumah sakit ternyata adalah industri yang cukup strategis untuk mendukung ketersediaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Bayangkan, setiap tahun Indonesia membelanjakan sekitar Rp10 triliun untuk membeli alat kesehatan dan setiap tahun terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk dan meningkatnya kemampuan ekonomi masyarakat. Sayangnya, hanya 5 persen saja yang dipasok oleh industri dalam negeri. Padahal dari belanja sebesar itu, 80 persen atau sekitar Rp 8 triliun adalah belanja pemerintah.
Jelas terlihat, seandainya ada kemauan politik dari pemerintah, Indonesia punya potensi yang sangat besar untuk menjadi produsen alat kesehatan global. Ini sudah dibuktikan MAK yang mampu memasok sekitar 60 persen kebutuhan furnitur rumah sakit nasional dan sejak 2007 mengekspor produknya ke manca negara, bersaing dengan Jepang, Amerika, Eropa dan Cina.

5. MAK juga memiliki keandalan di industri mekanik. Bisa digambarkan tahapan perkembangan industri mekanik yang Anda pimpin?
Sejak awal, industri yang kami kembangkan bukan berbasis produk tetapi berbasis kompetensi di bidang teknologi mekanik. Produk furnitur rumah-sakit adalah konsekuensi logis dari penguasaan teknologi mekanik pada saat itu.
Prinsipnya, industri berbasis teknologi mekanik pada tingkat yang paling tinggi akan menjadi industri yang disebut sebagai "the mother of all industry" atau industri yang bisa melahirkan industri apapun.
Saat ini, lebih dari 90 persen komponen furnitur rumah-sakit dibuat secara "in-house", sehingga kami berani menyatakan bahwa kami adalah perusahaan manufaktur furnitur rumah-sakit skala internasional yang paling kompetitif.
Industri permesinan dan perlengkapan industri kami kembangkan untuk mengejar produk-produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi dan untuk melahirkan industri-industri baru dengan biaya investasi semurah mungkin.

6. Sejak Oktober 2008 lalu, MAK berniat terjun ke industri motor. Apa pertimbangannya?
Industri otomotif (saat ini sepeda motor) mulai kami kembangkan sejak tahun 2005 bekerja sama dengan produsen dari Cina.
Alasannya, karena secara teknologi kami sudah mampu, juga karena kami perlu mempersiapkan sumber pertumbuhan baru selain furnitur rumah-sakit, dan terakhir karena industri otomotif memiliki nilai strategis yang luar biasa untuk mengembangkan industri di Indonesia.
Ilustrasinya, industri sepeda motor di Indonesia volume pasarnya sekitar Rp60 triliun, spektrum produknya relatif kecil dan pasarnya meluas di seluruh lapisan masyarakat.
Dari segi bisnis, industri sepeda motor sangat atraktif sehingga tidak heran kalau dalam 10 tahun terakhir bermunculan lebih dari 100 industri sepeda motor di Indonesia. Lebih menariknya, hampir semua industri tersebut saat ini sudah mati atau sekarat, tersisa hanya sekitar 5 industri yang masih eksis dan itu pun pangsanya terus menurun dari sekitar 20 persen pada tahun 2000 menjadi hanya kurang dari 5 persen saat ini. 95% pangsa pasar sepeda motor di Indonesia dikuasai oleh produsen Jepang.

7.Dalam buku "Never Ending Journey": Kisah Perjalanan Seorang Entrepreneur. Anda menggagas pembangunan sentra industri untuk masyarakat, dengan membangun Techno-park di Sleman. Apa latar belakang gagasan Anda?
Salah satu syarat agar Indonesia bisa menjadi negara industri adalah tersedianya pelaku-pelaku industri dalam jumlah yang memadai sehingga sektor industri bisa tumbuh mencapai minimum 40 persen dalam struktur PDB.
Pertanyaannya, siapa yang harus melahirkan pelaku-pelaku industri tersebut? Untuk itulah MAK berusaha mengkloning dirinya, yang sampai dengan saat ini telah membuktikan sebagai bibit unggul industri Indonesia.
Harapan saya, keberhasilan kami akan menjadi sumber inspirasi, sehingga terjadi sebuah gerakan "Indonesia goes Industrial Country" secara kolosal, seperti yang terjadi di Cina selama 20 tahun terakhir.

8. Bagaimana peran keluarga dalam mendukung usaha Anda?
Sahabat saya seorang dokter memberi nasehat bahwa "diam" adalah dukungan yang paling besar bagi seorang kepala keluarga. Selama ini istri dan kedua anak saya tidak pernah meributkan yang saya lakukan walau terkadang kontroversial sekalipun.

9. Hobi Anda?
Bekerja dan membaca apa saja antara lain lima koran setiap hari. Saya juga hobi menulis di milis, blog atau facebook. Dan terakhir, jalan-jalan dan main golf.

Indonesia goes Industrial Country (1)

Berikut ini saya kutipkan wawancara saya yang dimuat dalam Harian Jurnal Nasional tanggal 31 Agustus 2009.

"Kita Perlu Gerakan Indonesia goes Industrial Country"

"Menjadi negara industri adalah sebuah keniscayaan apabila bangsa Indonesia ingin mempertahankan diri sebagai bangsa yang berdaulat," kata Buntoro, Chairman PT Mega Andalan Kalasan (MAK) saat berbincang dengan Jurnal Nasional, di kantornya kawasan Kuningan, Jakarta, Senin (24/8).
Sudah 21 tahun Buntoro memimpin MAK, sebuah perusahaan yang memfokuskan diri pada produk perlengkapan rumah sakit. Sukses merajai pasar bisnis desain dan perlengkapan rumah sakit di Tanah Air, MAK ingin merambah posisi di industri mekanik.
Finalis Entrepreneur of the Year versi Ernst & Young tahun 2007 ini juga mengundang sejumlah wartawan menyaksikan secara langsung "dapur" industri mekanik MAK di Desa Tirtomani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta pada Kamis (20/8) lalu. "Jika mau, Industri nasional kita bisa bangkit," kata Buntoro bersemangat.
Berikut petikan wawancara dengan Buntoro.

1. Bagaimana Anda melihat problem mendasar pembangunan industri di Tanah Air?
Persoalan mendasar Industri di Indonesia sangat jelas terlihat dari semakin menyusutnya pangsa sektor industri dalam struktur PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia. Lima tahun terakhir pertumbuhan sektor industri selalu lebih kecil dari pertumbuhan ekonomi nasional. Padahal pertumbuhan sektor industri sangat diperlukan sebagai penyerap tenaga kerja terdidik yang paling efektif.
Industri yang ada kebanyakan dibangun lebih berbasis pada permodalan (rent seeker oriented), sebagai sebuah"turn-key" project daripada pada penguasaan dan pendayagunaan teknologi (added value oriented).

2. Apa dampak ke depannya?
Kebanyakan Industri akan mengalami kesulitan untuk melakukan pendalaman teknologi, yang sangat dibutuhkan untuk memiliki kemampuan mengembangkan berbagai varian produk dan penurunan biaya untuk bisa bersaing dengan produk impor atau bahkan mengekspor produknya.
Saya kira kematian industri nasional tinggal menunggu waktu saja, dan itupun akan lebih dipercepat dengan berlakunya Kesepakatan Perdagangan Bebas Cina-Asean dan India-Asean mulai 1 Januari 2010.
Yang masih bisa bertahan adalah industri PMA (penanaman modal asing) seperti seluruh industri otomotif (Jepang), Unilever, Nestle, Danone dan lain-lain, serta industri-industri sejenis tahu dan tempe yang tidak diminati oleh produsen-produsen kelas dunia.

3. Anda optimistis industri Indonesia masih bisa bangkit?
Jika kebijakan ekonomi pemerintahan SBY 5 tahun mendatang masih melanjutkan kebijakan saat ini maka peluangnya nihil.
Satu hal yang sangat disayangkan dan yang menghilangkan kemungkinan Indonesia mengejar China, Korea Selatan, Taiwan adalah hilangnya fungsi sebagai "agent of development"dari bank-bank BUMN. Padahal fakta sejarah mengatakan hampir semua industri besar yang masih tersisa seperti Astra, Sinar Mas, Gudang Garam, Salim dan lainnya yang lahir pada jaman Orde Baru, tidak ada satu pun yang bisa dilepaskan dari jasa bank-bank BUMN. Termasuk PT Mega Andalan Kalasan tidak mungkin ada tanpa dukungan yang begitu besar dari Bank Dagang Negara.
Di Cina, Korea Selatan, Taiwan dan bahkan Jepang, kebijakan industri pemerintahnya selalu saling terkait dengan kebijakan penyerapan tenaga kerja, peningkatan penerimaan pajak, peningkatan daya saing nasional, peningkatan Human Development Index, perbaikan lingkungan hidup dan lain-lain yang sebetulnya terangkum dalam Millenium Development Goals (MDGs), yang semestinya dilaksanakan oleh pemerintah bukan untuk memenuhi komitmen global tapi justru untuk sebesar-besarnya kepentingan Indonesia.