Jumat, 17 Desember 2010

Pantas dan memantaskan diri

Kemarin saya menerima sms yang demikian bunyinya: Pak, saya pantas dan memantaskan diri jadi pemimpin majalah saya sendriri......(to be continued...:-)...), dari seseorang yang pada akhirnya memberanikan dirinya untuk membuat majalah yang dipimpinnya sendiri.
Bagi seorang wartawan yang masih tergolong muda (menjelang 30 tahun) dan relativ minim modal materi, keberanian tersebut termasuk jarang.
Saya sendiri tidak tahu pasti mana yang lebih banyak porsinya, apakah itu terjadi karena nekad, yakin, emosional (maklum masih muda), atau karena ketidak-tahuannya tentang dunia usaha?.


Beberapa kali saya baca sms tersebut sambil tersenyum, duduk di mobil sambil menghisap rokok dalam perjalanan ke Gajah Mada Plaza.
Pikiran saya melayang jauh ke masa muda saya.

Saat itu bulan Juli tahun 1979, umur saya belum genap 25 tahun, saya mengalami hal yang kurang lebih sama dengan sosok pengirim sms.
Saya dalam perjalanan menuju Bandara Halim Perdana Kusuma, diantar oleh om saya yang merangkap boss dan mentor untuk terbang ke Amerika atau tepatnya kota Austin di Texas.
Ini betul-betul perjalanan gila-gilaan. Tanpa bekal behasa Inggris yang memadai dan buta sama sekali tentang perjalanan ke luar nergeri, saya menerima tantangan untuk mengikuti sebuah training di tempat yang begitu jauh dan asing.


Tapi hal yang menarik dan tidak pernah saya lupakan, dan yang membuat saya kemarin tersenyum-senyum adalah ketika om saya menanyakan apakah saya sudah punya kartu nama dan beliau mau lihat.
Sungguh saya kaget setengah mati.
Dengan muka pucat serta perasaan yang bercampur aduk antara malu, takut dan menyesal, saya keluarkan kartu nama saya.

Sambil memegang kartu nama saya, pandangan om saya beberapa kali berpindah-pindah antara memandang wajah saya dengan kartu nama yang ada ditangannya.
Saya ingat benar ekspresi wajah om saya karena kita duduk berhadapan di kabin belakang Toyota Hardtop '75.
Akhirnya, sambil menarik napas panjang beliau bertanya: "Apakah kamu yakin dengann title director di kartu nama kamu?".
Lama baru saya menjawab: "Tidak, tapi saya akan berusaha keras untuk memantaskan diri saya".
Sepanjang jalan dari Jalan Gajah Mada (kantor om saya di sebelah Gajah Mada Plaza) saya mendengarkan kuliah beliau tentang bagaimana menjadi "pantas dan memantaskan diri" sebagai seorang direktur.
Kuliah tersebut diakhiri dengan :"good luck".

Many thanks buat om yang telah mengajarkan begitu banyak aspek kehidupan. May God Bless you always.