Selasa, 01 September 2009

Indonesia goes Industrial Country (1)

Berikut ini saya kutipkan wawancara saya yang dimuat dalam Harian Jurnal Nasional tanggal 31 Agustus 2009.

"Kita Perlu Gerakan Indonesia goes Industrial Country"

"Menjadi negara industri adalah sebuah keniscayaan apabila bangsa Indonesia ingin mempertahankan diri sebagai bangsa yang berdaulat," kata Buntoro, Chairman PT Mega Andalan Kalasan (MAK) saat berbincang dengan Jurnal Nasional, di kantornya kawasan Kuningan, Jakarta, Senin (24/8).
Sudah 21 tahun Buntoro memimpin MAK, sebuah perusahaan yang memfokuskan diri pada produk perlengkapan rumah sakit. Sukses merajai pasar bisnis desain dan perlengkapan rumah sakit di Tanah Air, MAK ingin merambah posisi di industri mekanik.
Finalis Entrepreneur of the Year versi Ernst & Young tahun 2007 ini juga mengundang sejumlah wartawan menyaksikan secara langsung "dapur" industri mekanik MAK di Desa Tirtomani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta pada Kamis (20/8) lalu. "Jika mau, Industri nasional kita bisa bangkit," kata Buntoro bersemangat.
Berikut petikan wawancara dengan Buntoro.

1. Bagaimana Anda melihat problem mendasar pembangunan industri di Tanah Air?
Persoalan mendasar Industri di Indonesia sangat jelas terlihat dari semakin menyusutnya pangsa sektor industri dalam struktur PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia. Lima tahun terakhir pertumbuhan sektor industri selalu lebih kecil dari pertumbuhan ekonomi nasional. Padahal pertumbuhan sektor industri sangat diperlukan sebagai penyerap tenaga kerja terdidik yang paling efektif.
Industri yang ada kebanyakan dibangun lebih berbasis pada permodalan (rent seeker oriented), sebagai sebuah"turn-key" project daripada pada penguasaan dan pendayagunaan teknologi (added value oriented).

2. Apa dampak ke depannya?
Kebanyakan Industri akan mengalami kesulitan untuk melakukan pendalaman teknologi, yang sangat dibutuhkan untuk memiliki kemampuan mengembangkan berbagai varian produk dan penurunan biaya untuk bisa bersaing dengan produk impor atau bahkan mengekspor produknya.
Saya kira kematian industri nasional tinggal menunggu waktu saja, dan itupun akan lebih dipercepat dengan berlakunya Kesepakatan Perdagangan Bebas Cina-Asean dan India-Asean mulai 1 Januari 2010.
Yang masih bisa bertahan adalah industri PMA (penanaman modal asing) seperti seluruh industri otomotif (Jepang), Unilever, Nestle, Danone dan lain-lain, serta industri-industri sejenis tahu dan tempe yang tidak diminati oleh produsen-produsen kelas dunia.

3. Anda optimistis industri Indonesia masih bisa bangkit?
Jika kebijakan ekonomi pemerintahan SBY 5 tahun mendatang masih melanjutkan kebijakan saat ini maka peluangnya nihil.
Satu hal yang sangat disayangkan dan yang menghilangkan kemungkinan Indonesia mengejar China, Korea Selatan, Taiwan adalah hilangnya fungsi sebagai "agent of development"dari bank-bank BUMN. Padahal fakta sejarah mengatakan hampir semua industri besar yang masih tersisa seperti Astra, Sinar Mas, Gudang Garam, Salim dan lainnya yang lahir pada jaman Orde Baru, tidak ada satu pun yang bisa dilepaskan dari jasa bank-bank BUMN. Termasuk PT Mega Andalan Kalasan tidak mungkin ada tanpa dukungan yang begitu besar dari Bank Dagang Negara.
Di Cina, Korea Selatan, Taiwan dan bahkan Jepang, kebijakan industri pemerintahnya selalu saling terkait dengan kebijakan penyerapan tenaga kerja, peningkatan penerimaan pajak, peningkatan daya saing nasional, peningkatan Human Development Index, perbaikan lingkungan hidup dan lain-lain yang sebetulnya terangkum dalam Millenium Development Goals (MDGs), yang semestinya dilaksanakan oleh pemerintah bukan untuk memenuhi komitmen global tapi justru untuk sebesar-besarnya kepentingan Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar