Minggu, 12 April 2009

Entrepreneur : (My) Character is (my) destiny (2)

Karakter (sifat) hemat, rajin bekerja, rajin belajar dan disiplin, sebagaimana yang diuraikan dalam serial tulisan "To see the unseen", pada dasarnya dimiliki oleh hampir semua orang.
Tidak peduli apakah dia seorang karyawan swasta, pegawai negeri sipil, tentara, polisi ataupun wira-usahawan; mereka semua memerlukan karakter dasar tersebut agar bisa menjalankan tugasnya sebagaimana mestinya.

Namun kalau kita cermati lebih lanjut, walaupun mungkin memiliki karakter dasar yang sama, tidak semua tentara atau polisi bisa menjadi jenderal, tidak semua karyawan swasta ataupun pegawai negeri sipil bisa meniti karir hingga mencapai puncak (eselon 1 atau direktur). Diperlukan karakter seoarang jenderal dan direktur untuk mencapai puncak.
Demikian juga dengan para wira-usahawan, tidak semua mempunyai karakter entreprenur yang sangat diperlukan untuk dijadikan sebagai landasan bagi upaya-upaya mewujudkan visi usahanya.

Berbeda dengan profesi lain yang mempunyai struktur organisasi yang jelas, wira-usaha selain tidak mempunyai struktur yang jelas juga tidak ada batasnya (sky is the limit).
Sebagai contoh, 40 tahun yang lalu founding father Bakmi GM masih berjualan bakmi dengan gerobag dorong yang mangkal di daerah sekitar Jalan Gajah Mada, dengan total penjualan kira-kira sebesar Rp 100 j/tahun (nilai saat ini). Tetapi sekarang dengan lebih dari 10 outlet di mall=mall, penjualannya sudah lebih dari Rp 100 M/tahun.
Sebaliknya, ironis dengan keberhasilan Bakmi GM, kalau kita perhatikan keadaan di sekeliling kita, ada ribuan tukang bakmi yang telah bertahun-tahun menjalankan usahanya, sebagaimana founding father Bakmi GM, tetapi tetap saja tidak banyak berubah alias masih setia dengan gerobag dorongnya. Stagnan?.

Contoh tersebut, memberikan penjelasan bahwa diperlukan karakter entrepreneur untuk membangun sebuah usaha (besar).
Karakter entrepreneur ini hanya bisa didapat dari akumulasi pengalaman seorang wira-usaha dalam menjalankan usahanya, yang kemudian dijadikan sebagai pelajaran bagi dirinya dan kemudian secara berkelanjutan menggunakannya sehingga menjadi karakter yang melekat dalam dirinya dalam menjalankan (mengembangkan) usaha selanjutnya.

Karakter entrepreneur tidak mungkin dipelajari di bangku kuliah. So, let's do it....than we will get it....

3 komentar:

  1. Jadi semboyan " small but happiness ", engga masuk dalam sifat Enterpreneur? Bisa kasih contoh enterpreneur tetapi kecil.
    Bagaimana menurut anda orang2 yg seperti tidak putus berusaha, berupaya, ganti2 usaha, ikut trend yang lagi in. Banyak orang mengatakan orang sperti itu enterpreneur... saya sih tidak setuju, buat saya itu oportunis. AR

    BalasHapus
  2. Bagaimana cara menjadi enterpreneur?

    BalasHapus
  3. Saya mengikuti kuliah umum bapak di aula itb kemarin. Benar-benar menarik dan memotivasi saya. tapi ada satu hal yang masih mengganjal pak, tentang lulusan (mahasiswa) siap pakai. Lulusan siap pakai itu kriterianya seperti apa? dan dengan cara apa meraihnya? Terima kasih banyak.

    zaki

    BalasHapus