Sabtu, 25 April 2009

Entrepreneur : (My) Character is (my) destiny (6)

Mentor adalah salah satu faktor yang ikut membentuk karakter seseorang,
Biasanya ada lebih dari seorang mentor yang berpengaruh kuat pada seseorang. Mentor bisa saja seorang teman sekolah, mitra kerja, keluarga, mantan guru, pesaing usaha atau bahkan figur imajiner yang tidak dikenal secara langsung namun dipercaya bisa dijadikan panutan.

Dalam kisah Mahabarata ada dikisahkan cerita tentang seorang ksatria yang besar sekali tekadnya untuk menjadi seorang ahli panah tapi terkendala untuk mendapatkan bimbingan dari guru yang hebat. Kendala tersebut tidak menjadikan Sang Ksatria kehilangan akal. Dia membuat patung Maha guru Dorna dan mulai belajar memanah dengan membayangkan kehadiran Sang Maha guru yang memberikan pelajaran dan instruksi pada dirinya. Singkat cerita, Ksatria tersebut akhirnya bisa menjadi ahli memanah bahkan mengalahkan Arjuna, murid kesayangan Sang Maha guru Dorna.

Kisah di atas menjelaskan adanya hubungan batin, walau secara imajiner sekali pun agar seseorang bisa mengambil manfaat dari Sang Mentor. Tanpa hubungan tersebut, walau dibimbing oleh seorang Master sekali pun, seseorang tidak akan mendapatkan manfaat optimum dari Sang Mentor.

Salah satu pelajaran menarik sebagai seorang wira-usaha didapat pada awal usaha formal saya sebagai pemasok Peralatan Laboratorium di awal tahun 80-an. Usaha ini pada dasarnya tidak lebih dari pada usaha "catut-mencatut", modal utamanya adalah kepercayaan untuk mendapatkan hutang (credit term, biasanya 30 hari) dari sumber barang (importir, agen tunggal). Harga jual biasanya sesuai dengan price list yang dikeluarkan oleh sumber barang dan keuntungannya adalah sebatas diskon yang diberikan, umumnya sebesar 10%.

Suatu ketika saya sangat gembira karena berhasil mendapatkan order yang lumayan besar dari seorang Om (paman) yang datang dari daerah untuk membeli sebuah alat. Harga jual telah disepakati sesuai dengan price list. Namun, sebagaimana kata peri bahasa, untung tak dapat diraih dan malang tak dapat diraih, saat waktu transaksi tiba tak dinyana dan diduga Si-Om membatalkan pembelian tersebut. Dengan enteng Si-Om bilang bahwa dia telah membeli alat tersebut di Glodog dengan diskon 5%.
Tentu saja saya sangat kecewa, bukan saja karena kehilangan kesempatan mendapat untung dari transaksi itu tapi juga karena harus membayar pembelian barang tersebut yang nilainya nyaris menghabiskan saldo uang di Bank.

Si-Om tersebut adalah seorang pengusaha yang sukses, tapi tentu saja tidak layak dijadikan sebagai seorang Mentor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar