Minggu, 19 April 2009

Entrepreneur : (My) Character is (my) destiny (4)

Tekad saya untuk tidak mencuri informasi dari pesaing dengan cara yang tidak sah ternyata tidak mudah untuk dilaksanakan.
Tantangan paling besar datang sekitar akhir tahun 80-an.
Sebagai pelaku industri pemula, selain tidak mempunyai kemampuan teknis untuk menciptakan produk sendiri, modal perusahaa pun sangat terbatas.

Saat memulai industri Peralatan Rumah Sakit (Hospital Furniture), kami menempuh jalan pintas. Tanpa pikir panjang, kami meniru (copy cat) mentah-mentah barang yang dibuat oleh produsen yang sudah ada.
Pada saat itu ATMI (Akademi Teknik Mesin Industri) - Solo adalah produsen utama Peralatan Rumah Sakit di Indonesia. Dan secara kebetulan 4 orang dari 6 orang pendiri perusahaan adalah alumni ATMI.
Dengan demikian bisa dibayangkan betapa mudahnya kami "mencuri" teknik pembuatan Peralatan Rumah Sakit yang notabene adalah produk yang selama mereka kuliah di ATMI adalah obyek kerja sehari-hari.

Pada awalnya ATMI tidak ambil pusing dengan tingkah alumninya tersebut. Mungkin karena mereka tahu bahwa dengan peralatan yang terbatas dan modal kecil, tidak mungkin kami mampu bersaing dengan mereka. Malahan mereka (mungkin secara tidak sadar) ikut membantu kami dengan bersedia menerima order dari beberapa bagian (suku cadang) yang belum dapat kami buat sendiri karena keterbatasan peralatan yang kami miliki.
Sampai suatu saat, kami mengalahkan ATMI dalam suatu Tender Pengadaan Peralatan Rumah Sakit pada satu instansi pemerintah. Tentu saja ATMI marah besar dan langsung kami diembargo secara total.

Saat mengetahui hal itu saya langsung teringat pada Cohen-Lindenbaum Arest.
Sungguh saya sangat menyesal dan malu atas perbuatan "kotor" yang telah kami lakukan tersebut. Hati nurani saya tetap tidak bisa menerima argumen bahwa perbuatan tersebut adalah wajar dilakukan oleh para pemula.

Penyesalan ini kami wujudkan dengan segera memulai melakukan rekayasa untuk membuat produk yang berbeda dengan produk ATMI.

Kalau saja saat itu kami tidak menyesal atau bahkan menepuk dada, bangga karena bisa mengalahkan ATMI maka mungkin ceritanya akan lain. Mungkin kami akan menjadi kerdil dibawah bayang-bayang ATMII.

Peristiwa di atas memberikan banyak pelajaran penting, diantaranya:
1. Betapa sulitnya memulai suatu usaha bagi para pemula.
2. Penyesalan membawa kita ke "jalan yang benar".
3. Tidak perlu menjadi berang bila ada orang yang meniru produk kita.
4. Pentingnya "continuos improvement" agar selalu beberapa langkah di depan.
5. Selalu sadar diri dan dengarkan kata hati nurani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar