Minggu, 05 April 2009

entrepreneur : To see the unseen (4)

Rangkaian 3 buah tulisan tentang entrepreneur sejatinya saya tujukan untuk menjelaskan bahwa menjadi entrepreneur pada hakekatnya adalah panggilan jiwa.
Hanya orang yang mampu memberikan arti (esensi) dari apa yang dialaminya (bangun pagi, mengumpulkan sisa minyak goreng dan menimba air) saja yang bisa mengambil manfaat untuk menggunakannya sebagai fondasi (mile-stone) bagi perjalanan hidupnya kelak.

Dalam keluarga saya, pengalaman masa remaja tersebut bukanlah monopoli saya sendiri. Adik-adik saya pun mengalami hal yang hampir sama, walaupun tentunya dengan intensitas yang berbeda.
Tetapi, nyatanya hanya saya saja dari 8 bersaudara yang memilih entrepreneur sebagai jalan hidup.

Melihat kenyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya, asal-usul (keturunan) dan lingkungan hidup semasa usia remaja atau pun pemuda, tidak secara pasti menentukan apakah seseorang kelak bisa menjadi seorang entrepreneur.

Ayub dalam mengomentari To see the unseen (1) menanyakan bagaimana seorang ayah menjelaskan kepada anaknya yang masih berusia 13 - 16 tahun dan anaknya mau menaatinya. Trust, ya hanya trust saja jawaban yang pas.

Tulisan ini juga ditujukan untuk memberikan inspirasi bagaimana menjawab tantangan untuk mencari (melahirkan) 4.000.000 entrepreneur (baru) yang dibutuhkan oleh Indonesia sebagai prasyarat bagi terjadinya sustainable growth menuju negara Industri.
Diperlukan intrepreneur-intrepreneur yang mau menjadi mentor. Mentor yang memiliki kredibilitas sehingga bisa dipercaya (mendapatkan trust) para calon entrepreneur yang dibimbingnya untuk menjadi seorang entrepreneur.

Jaman telah berubah, entrepreneur seperti saya yang lebih tepat disebut sebagai "entrepreneur nobody's child, yang Just like a flower, growing wild" sudah semakin sulit untuk diharapkan akan muncul.
Tuntutan jaman dan lingkungan membuat orang menjadi tidak sabar sehingga kehilangan kepekaan atas berbagai oportuniti yang lewat dihadapannya serta malas atau tidak punya waktu untuk terus belajar.

Bila saja ada kesadaran dari setiap 400.000 entreprenur yang ada saat ini untuk mau menjadi mentor, maka hanya dengan menjadi mentor bagi 10 orang calon entrepreneur, suatu saat kebutuhan (lowongan) 4.000.000 entrepreneur baru akan bisa terpenuhi.

God bless Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar