Minggu, 26 April 2009

Jalan menjadi konglomerat. (1) : Dipersimpangan jalan

Sebagai seorang yang mengawali usaha dengan modal pas-pasan, saya pernah merasakan betapa sulitnya mengembangkan usaha hanya dengan mengandalkan modal yang dimiliki sendiri.
Terlebih lagi jika tidak memiliki koneksi dengan pejabat pemerintah yang bisa membantu untuk medapatkan proyek atau pejabat Bank untuk mendapatkan pinjaman modal. Segala sesuatunya harus didapatkan dengan bekerja keras, mengerahkan semua kemampuan walau hasilnya hanya untuk sekedar bisa mempertahankan hidup.

Sampai suatu ketika, setelah berusaha selama kurun waktu 6 tahun (kira-kira akhir tahun 86), saya menyadari bahwa walaupun ada kemajuan usaha tetapi relatif tertinggal jauh bila dibandingkan dengan para pesaing. Saya menyadari bahwa dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki perusahaan, tidak mungkin usaha tersebut dikembangkan lebih lanjut.
Keadaan tersebut memnggelisahkan saya. Sampai suatu saat saya menyimpulkan bahwa saya harus segera banting setir karena setelah ditimbang-timbang, usaha sebagai pedagang Alat Laboratorium tidak mempunyai masa depan sebagaimana yang saya cita-citakan.
Saya bercita-cita menjadi konglomerat.

Untuk menjadi seorang konglomerat, diperlukan suatu bidang usaha yang mempunyai struktur yang bisa dikembangkan tanpa batas (sky is the limit). Dan pilihan yang paling mungkin adalah bidang industri. Alasannya adalah karena industri bisa dikembangkan mulai dari industri kecil bahkan mikro. Berbeda dengan bidang-bidang lain seperti property, perbankan, telekomunikasi dan lain-lain bidang yang padat modal.

Dengan pemikiran tersebut maka kegiatan usaha secara bertahap saya arahkan untuk mulai menjual produk industri yang diproduksi sendiri.
Ternyata upaya ini tidak mudah untuk dilakukan karena ada begitu banyak keraguan terhadap kemungkinan keberhasilan usaha baru ini dari para mitra usaha.

Kondisi tersebut membuat saya mengalami dilematis yang sangat berat. Di satu pihak saya berpikir bahwa saya hanya akan membuang waktu saja apabila saya meneruskan kegiatan usaha lama, sedangkan di pihak lain apabila saya bertahan pada obsesi menjadi konglomerat maka saya harus siap untuk berjalan sendiri.

Setelah membuat analisa yang mendalam terhadap kinerja masa lalu serta memperhitungkan berbagai kesulitan yang akan dihadapi bila saya berjalan sendiri, maka dengan tekad yang bulat saya memilih untuk berjalan sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar