Rabu, 25 Maret 2009

Entrepreneur : Lowongan kerja yang tak kunjung terisi

Menjadi entrepreneur mungkin bisa menjadi alternatif bagi para pencari kerja di saat menciutnya lapangan kerja formal akibat krisis global yang telah mengimbas Indonesia sejak 6 bulan yang lalu.

Menurut Ir. Ciputra, Indonesia sedikitnya membutuhkan 4.400.000 entrepreneur (2% dari jumlah penduduk) agar ekonomi bisa tumbuh berkelanjutan (sustainable growth). Sedangkan saat ini baru ada 400.000 entrepreneur (0,18% jumlah penduduk).
Indonesia masih kekurangan 4.000.000 entrepreneur.

Kenyataan tersebut semestinya menyadarkan generasi muda untuk merubah orientasinya; dari seorang pencari kerja menjadi seorang entrepreneur.

Memang tidak mudah menjadi seorang entrpreneur, apalagi untuk mencapai predikat entrepreneur yang berhasil.
Tetapi mengingat peluangnya yang begitu terbuka dan luas, dapat dipastikan bahwa kesempatan untuk menjadi entreprenur masih lebih besar dibandingkan menjadi pekerja.
So, mari kita mencoba menjadi entrepreneur.

4 komentar:

  1. p bun,
    bisa kasih tips apa aja yg harus dilakukan buat mengisi loker entrepreneur?

    dalam bisnis , faktor resiko gagal kan selalu mengintai. Bagaimana mengawal kegagalan itu biar tidak memberi dampak yg signifikan?

    trims b4

    BalasHapus
  2. Ada 2 hal pokok yang menjadi kendala seorang menjadi entrepreneur yaitu kendala internal dan eksternal.
    Kendala internal yang utama adalah "ketidak-mampuan" seseorang untuk mengenali potensinya. Sedangkan kendala eksternal yang menghambat adalah "ketidak-mampuan" seseorang untuk melihat oportunity yang ada.
    Jadi, untuk mengisi lowongan entrepreneur adalah "menghilangkan" hambatan tersebut di atas.
    Note: "ketidak-mampuan" tsb adalah dalam arti yang seluas-luasnya. Orang yang "sok pintar" juga termasuk orang yang tidak mampu. Pak Harto menyebutnya sebagai orang yang "ngrumangsa bisa ning ora bisa rumangsa".

    Bagi seorang entrepreneur, gagal adalah sebuah keniscayaan dan bukan resiko sehingga tidak perlu disesali. Sedangkan keberhasilan adalah kebetulan sehingga wajib disyukuri.

    Kalau yang dimaksud dengan resiko adalah kerugian materi (uang) maka carilah bisnis yang tanpa modal, Misalkan: sebagai konsultan, broker atau pendakwah.

    BalasHapus
  3. pendakwah itu termasuk entrepreneur juga ya? setahu saya entrepreneur orientasinya profit.

    BalasHapus
  4. Entrepreneur khan tidak harus selalu dikaitkan dengan usaha dagang (jual-beli) yang berorientasi profit.
    Orang tua Ponari pun bisa dikatagorikan sebagai entrepreneur, tapi dengan embel-embel oportunis....
    Yang sulit adalah menjadi entrepreneur sejati, yaitu yang membangun "kerajaan"nya atau menurut istilah Jims Collin disebut "built to last"....

    BalasHapus